Minggu, 14 Desember 2014

Wanita itu ibarat buku yang dijual di toko buku

Wanita itu ibarat buku yang dijual di toko buku.. Kata teman pengajianku..


Ia melanjutkan ceritanya "Begini asosiasinya.. di suatu toko buku, banyak pengunjung yang datang untuk melihat-lihat buku. Tiap pengunjung memiliki kesukaan yang berbeda-beda. Karena itulah para pengunjung tersebar merata di seluruh sudut ruangan toko buku. Ia akan tertarik untuk membeli buku apabila ia rasa buku itu bagus, sekalipun ia hanya membaca sinopsis ataupun referensi buku tersebut. Bagi pengunjung yang berjiwa pembeli sejati, maka buku tersebut akan ia beli. Tentu ia memilih buku yang bersampul, karena masih baru dan terjaga. Transaksi di kasirpun segera terjadi. "

"iya, terus teh ..?" kataku dan teman-teman, dibuat penasaran olehnya.

"Nah, bagi pengunjung yang tidak berjiwa pembeli sejati, maka buku yang ia rasa menarik, bukannya ia beli, justru ia mencari buku dengan judul sama tapi yang tidak bersampul. Kenapa? Kerena untuk ia dibaca saat itu juga. Akibatnya, buku itu ada yang terlipat, kusam, ternoda oleh coretan, sobek, baik sedikit ataupun banyak. Bisa jadi buku yang tidak tersampul itu dibaca tidak oleh seorang saja. Tapi mungkin berkali-kali, dengan pengunjung yang berbeda tetapi berjiwa sama, yaitu bukan pembeli sejati alias pengunjung iseng yang tidak bertanggung jawab. Lama kelamaan, kasianlah buku itu, makin kusam hingga banyak yang enggan untuk membelinya" Ceritanya

"Wanita itu ibarat buku. Jika ia tersampul dengan jilbab, maka itu adalah ikhtiar untuk menjaga akhlaknya. Lebih-lebih kalau jilbab itu tak hanya untuk tampilannya saja, tapi juga menjilbabkan hati.. Subhanallah..!

Pengunjung yang membeli adalah ibarat suami, laki-laki yang telah Allah siapkan untuk mendampinginya menggenapkan ½ dienNya. Dengan gagah berani dan tanggung jawab yang tinggi, ia bersedia membeli buku itu dengan transaksi di kasir yang diibaratkan pernikahan. Bedanya, Pengunjung yang iseng, yang tidak berniat membeli, ibarat laki-laki yang kalau zaman sekarang bisa dikatakan suka pacaran. Menguak-nguak kepribadian dan kehidupan sang wanita hingga terkadang membuatnya tersakiti, merintih dengan tangisan, hingga yang paling fatal adalah ternodai dengan free-sex. Padahal tidak semua toko buku berani menjual buku-bukunya dengan fasilitas buku tersampul. Maka, tentulah toko buku itu adalah toko buku pilihan. Ia ibarat lingkungan, yang jika lingkungan itu baik maka baik pula apa-apa yang ada didalamnya. " katanya lagi

"wah, kalau begitu jadi wanita harus hati-hati ya..!. " celetuk salah satu temanku.

"Hmm, .apakah apapun di dunia ini bakal dapet yang seimbang ya, teh? Kayak itu deh, buku yang tersampul dibeli oleh pembeli yang bertanggung jawab. Itukan perumpamaan Wanita yang baik dan terjaga akhlaknya juga dapat laki-laki yang baik, bahkan insyallah mapan, sholeh, pokoknya yang baik-baik juga. Gitu ya, teh?" kata temanku.

" Benar, Seperti janji Allah SWT, "Wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanit yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (An-Nur:26). Dan, hanya Allah yang tak menyalahi janji. " penjelasan nya.

Sumber : Era Muslim

*************

Menjadi wanita adalah amanah. Bukan amanah yang sementara. Tapi amanah sepanjang usia ini ada. Pun menjadi wanita baik itu tak mudah. Butuh iman dan ilmu kehidupan yang seiring dengan pengalaman.

Benar. Menjadi wanita adalah pilihan. Bukan aku yang memilihnya, tapi KAU yang memilihkannya untukku. Aku tahu, Allah penggenggam segala ilmu. Sebelum Ia ciptakan aku, Ia pasti punya pertimbangan khusus, hingga akhirnya saat kulahir kedunia, Ia menjadikanku wanita. Aku sadar, tidak main-main Allah mengamanahkan ini padaku. Karena kutahu, wanita adalah makhluk yang luar biasa. Yang dari rahimnya bisa terlahir manusia semulia Rasulullah atau manusia sehina Fir'aun.

Kalau banyak orang lain merasa bangga menjadi wanita, karena wanita layak dipuja, karena wanita cantik memesona, karena wanita bisa dibeli dengan harta, karena wanita cukup menggoda, dan lain sebagainya, maka justru sebaliknya, dengan lantang aku berkata.. "aku malu menjadi wanita!"

Ya, Aku malu menjadi wanita, kalau faktanya wanita itu gampang diiming-iminggi harta dengan mengorbankan harga dirinya. Aku malu menjadi wanita kalau ternyata wanita itu sebagai sumber maksiat, memikat, hingga mengajak pada jalan sesat. Aku malu menjadi wanita kalau ternyata dari pandangan dan suara wanita yang tak terjaga sanggup memunculkan syahwat. Aku malu menjadi wanita kalau ternyata tindak tanduk wanita sanggup membuahkan angan-angan bagi pria. Aku malu menjadi wanita kalau ternyata wanita tak sanggup jadi ibu yang bijak bagi anaknya dan separuh hati mendampingi perjuangan suaminya.

Sungguh, aku malu menjadi wanita yang tidak sesuai dengan fitrahnya. Ya, Aku malu jika sekarang aku belum menjadi sosok wanita yang seperti Allah harapkan. Aku malu, karena itu pertanda aku belum amanah terhadap titipan Allah ini. Entahlah, sampai saat ini , saat dimana umur masih dikandung badan ini aku sudah menjadi wanita macam apa. Aku malu.. Bahkan malu ini berbuah ketakutan, kalau-kalau pada hari akhir nanti tak ada daya bagiku untuk mempertanggungjawabkan ini semua.

Padahal, setahuku dari Bunda Khadijah, Aisyah dan Fatimah, wanita itu makhluk yang luar biasa, penerus kehidupan. Dari kelembutan hatinya, ia sanggup menguak gelapnya dunia, menyinari dengan cinta. Dari kesholehan akhlaknya, ia sanggup menjaga dunia dari generasi-generasi hina dengan mengajarkannya ilmu dan agama. Dari kesabaran pekertinya, ia sanggup mewarnai kehidupan dunia, hingga perjuangan itu terus ada.

Allah, maafkan aku akan kedangkalan ilmuku dan rendahnya tekadku. Aku berlindung pada-Mu dari diriku sendiri. Bantu aku Rabb, untuk tak lagi menghadirkan kelemahan-kelemahan diri saat aku ada di dunia-Mu. Hingga kelak aku akan temui-Mu dalam kebaikan akhlak yang kuusahakan. Ya, wanita sholehah.." 

Jumat, 12 Desember 2014

Di Weref, Tanah Longsor Terjang Satu Gereja dan Satu Rumah Warga

Jum'at, 18 Januari 2013 07:57

Di Weref, Tanah Longsor Terjang Satu Gereja dan Satu Rumah Warga

    Sekretaris Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Taboria, Yahya Numberi didampingi satu warga saat menunjukan awal mula terjadinya longsor.
JAYAPURA –Di Weref, Kelurahan Argapura RT. 01 RW.01,Distrik Jayapura Selatan, hujan deras disertai angin kencang menyebabkan longsor dan menimpa Gereja Bethel Indonesia (GBI) Taboria dan satu rumah warga.
Akibatnya, satu gereja dan satu rumah tersebut mengalami rusak yang cukup parah. Beruntung pada peristiwa longsor kali ini tidak ada korban jiwa namun kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah dari peristiwa yang terjadi sekitar Pukul 01.00 WIT, Kamis (17/1) kemarin dini hari.
“Akibat hujan deras yang disertai angin kencang pada jam 1 dini hari itu menyebabkan satu gereja dan satu rumah warga yang berada disamping gereja tersebut tidak ada korban jiwa, namun kerugian ditaksir mencapai jutaan rupiah. Sehingga warga yang berada di lokasi longsor ini berjaga – jaga mengantisipasi longsoran susulan,” ujar Sekretaris Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Taboria, Yahya Numberi ketika ditemui Bintang Papua, kemarin pagi Kamis (17/1).
Gereja GBI Taboria yang tertimpa longsor mengalami kerusakan yang sangat parah, yakni rusak pada bagian dinding samping kanan sepanjang sembilan meter.Bahkan material longsor sampai masuk dalam bangunan gereja.Sedangkan satu rumah warga milik Ketua RT. 01 RW. 01 Kelurahan Argapura – Weref, Lasarus Numberi juga ikut tertimpa longsor tersebut dengan kerusakan yang sangat parah sehingga dirinya bersama istri dan anaknya langsung dibantu warga untuk dievakuasi ke tempat yang aman.
Sekretaris Jemaat GBI Taboria, Yahya Numberi yang juga menyaksikan peristiwa longsor itu langsung turun ke lokasi kejadian mengatakan, bahwa peristiwa longsor ini sudah terjadi dua kali dan longsor ini yang paling terparah.
“Longsor yang pertama kali menimpa gereja GBI Taboria itu langsung dikunjungi oleh Wali Kota Jayapura pada Selasa (8/1) pekan lalu, namun pada pekan ini hujan turun dengan intensitas cukup tinggi sehingga GBI Taboria kembali tertimpa longsor dan juga menimpa satu rumah warga dengan kerusakan sangat parah dengan kerugian mencapai ratusan juta rupiah karena kedua bangunan ini sudah tidak dapat ditempati lagi baik untuk beribadah maupun ditinggali,” ujarnya.
Adanya longsor yang terjadi ini, Yahya mengatakan, baik gereja maupun rumah itu sudah tidak bisa direhab, sehingga harus kembali dibangun baru bagi dua bangunan itu lagi.
“Dimana kunjungan dari Wali Kota Jayapura, Drs. Benhur Tommy Mano, MM. saat longsor pertama kali menerjang gereja ini telah menjanjikan akan membangun talud sepanjang lereng gunung yang ada dihuni oleh warga yang berada disekitar gereja GBI Taboria ini. Maka itu kami langsung menindaklanjuti dengan mengirim surat ke Pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura terkait pembangunan talud tersebut,” imbuhnya.
Selain itu, dirinya juga berniat akan menyampaikan peristiwa longsor ini kepada Penjabat Gubernur Provinsi Papua, drh. Constant Karma, bahkan telah melaporkan longsor ini kepada Wali Kota Jayapura, Drs. Benhur Tommy Mano, MM. melalui pesan singkat (SMS, red) karena beliau sendiri yang meminta agar longsor yang kedua ini dapat didokumentasikan guna dilampirkan ke Dinas terkait untuk ditindaklanjuti.
“Maka itu, kami berencana ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua dalam hal ini Gubernur dan dinas terkait untuk dapat turun langsung melihat musibah longsor yang menimpa kedua bangunan itu. Selain itu kami berharap kepada bangunan – bangunan yang berada diatas lereng gunung ini seperti Hotel Pasifik, Hotel 99 dan PT. Gelora Kencana agar membuat saluran atau pembuangan bagi serapan atau limbah airnya yang langsung turun ke laut maupun ke dalam lapisan tanah yang jauh, karena dengan tidak adanya saluran itu akan membuat tanah menjadi lembek dan menjadi ancaman baru bagi warga sekitar saat hujan deras turun,” pintanya.
“Jadi, kami meminta adanya perhatian dan dukungan dari pemerintah baik itu Pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura maupun Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua guna dapat membantu dana untuk kembali membangun gereja yang rusak parah akibat terjangan longsor kali ini dan juga dapat membuat tembok talud guna memberikan rasa aman kepada warga yang ada disekitar gereja tersebut,” pungkasnya. (mir/aj/lo2)

Empat Warga Tewas Tertimbun Longsor di Polimak

Sabtu, 13 Desember 2014 05:57

Empat Warga Tewas Tertimbun Longsor di Polimak

Saat Sedang Berteduh Menunggu Antrian Pengisian Material  Karang 


Jenazah korban tertimbun longsor sebelum dievakuasi dari TKP, Jumat (12/12), kemarin. JAYAPURA – Hujan deras yang melanda  sebagian Kota Jayapura Jumat (12/12) kemarin, ternyata membawa korban jiwa. Di Polimak, dilaporkan empat warga tewas tertimbun longsor  tepatnya di Gunung Afar Polimak II, Distrik Jayapura Selatan, pada Jumat 12 Desember 2014, sore sekitar pukul 17.00 WIT.
Keempat warga tersebut masing-masing, Samad (43 Tahun) Sopir Sopir Truk, warga Menara Jaya Distrik Jayapura Selatan, Toy (50 Tahun), Warga Jalan Baru Yotefa,  Distrik Abepura, Ancong (40 Tahun) seorang Sopir Truk, warga  Jln. Santarosa Distrik Jayapura Selatan, Salman (40 Tahun) warga Jln Baru Yotefa, Distrik Abepura.
Sementara korban luka kritis, bernama Aco (35) Operator Alat Berat, warga  Menara Jaya Tasangka Distrik Jayapura Selatan. Kini korban sedang menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Bhayangkara, Kotaraja-Abepura. 
Keempat korban tewas langsung di evakuasi oleh Penyidik Reskrim Polres Jayapura Kota bersama Polsek Jayapura Selatan, yang dipimpin langsung oleh Kapolres Jayapura Kota, AKBP Alfred Papare dan Kapolsek Jayapura Selatan, Kompol Y.Takamully.

Data yang diperoleh Bintang Papua, peristiwa itu berawal, ketika kelima korban sedang berteduh dibawah batu sambil menunggu antrian pengisian material karang.
Namun pada pukul 17.00 WIT, tiba-tiba batu material dari gunung turun menimpa Samad, Toy dan Ancong meninggal dunia ditempat.
Sementara korban Salman meninggal dunia dalam perjalanan ke RS AL dan korban Aco meninggal saat dirawat di RS Dok II Jayapura.
Kepala Bidang Hubungan Masyrakat (Humas) Polda Papua, Kombes (Pol) Sulistyo Pudjo Hartomo ketika dikonfirmasi membenarkan kejadian tersebut. “Saat ini penyidik tengah melakukan pemeriksaan atas peristiwa longsor tersebut,” katanya. (loy/don)

Kamis, 11 Desember 2014

Kejati Papua Desak Kejari Jayapura Tahan Tersangka Korupsi Batik - tabloidjubi.com

Kejati Papua Desak Kejari Jayapura Tahan Tersangka Korupsi Batik - tabloidjubi.com

TUJUH MAHASISWA DITANGKAP DI MESS KEDOKTERAN UNCEN

TUJUH MAHASISWA DITANGKAP DI MESS KEDOKTERAN UNCEN

ANDA DAN SAYA SUKAI BANYAK ORANG Rilis koteka dy 05/09/2014-jam 06:26 PM



Tersenyum setiap hari kita dapat membuat wajah cemberut menjadi sedap dipandang mata, ketika kita keluar dari rumah, kita berusahalah untuk  selalu tersenyum kepada setiap orang yang berpapasan dengan kita setiap hari. senyum yang ikhlas membuat orang yang melihat kita merasa damai dan tentram sehingga menimbulkan rasa empati dan peduli kepada kita setiap hari. saya sering melakukan hal ini terhadap orang - orang dimana  saya tinggal, hasilnya sekarang orang -  orang tersebut selalu menegur saya dengan akrab ketika melihat saya di jalan. walaupun tanpa mengetahui nama saya tetapi mereka dengan rela akan menyapa kita saat bertemu.


CARA AGAR KITA TIDAK MUDAH EMOSI

Jika kita termasuk orang yang mudah emosi dan sensitif terhadap hal-hal kecil yang terjadi di lingkungan kita maka sebaiknya kita mengurangi sikap buruk tersebut.
Berusaha menahan diri saat sedang marah dengan tersenyum menjadi cara ampuh membuat banyak orang suka kepada kita. Coba lihat teman-teman kita  yang suka cepat marah, kita pasti merasa takut bahkan hanya  untuk sekedar menyapa teman kita tersebut.

CARA AGAR KITA  TIDAK DENDAM PADA ORG LAIN

By.newskonpakpapua.blogspot.com
Jika punya masalah pribadi kepada seseorang sebaiknya segera di lupakan dan dimaafkan sebab dendam dapat memicu munculnya emosi ketika bertemu orang yang pernah memiliki masalah dengan kita.  Maafkan semua orang yang pernah berbuat salah kepada kita agar hati kita  menjadi terasa lega.

KISAH SEDIH ,SEORANG PEMUDA DUDUK DI HADAPAN LAPTOPNYA. LOGIN FACEBOOK. PERTAMA KALI YANG DICEK ADALAH INBOX


4 September 2014 pukul 1:57
Jakarta ,04/09/2014- KOTEKA

Hari ini dia melihat sesuatu yang tidak pernah dia pedulikan selama ini. Ada 2 dua pesan yang selama ini ia abaikan. Pesan pertama, spam. Pesan kedua…..dia membukanya.  Ternyata ada sebuah pesan beberapa bulan yang lalu.Diapun mulai membaca isi redaksinya:
“Syalom Selamat Malam Anak. Ini kali pertama Bapak mencoba menggunakan facebook. Bapak mencoba menambah kamu sebagai teman sekalipun Bapak tidak terlalu paham dengan itu. Lalu bapak mencoba mengirim pesan ini kepadamu. Maaf, Bapak tidak pandai mengetik. Ini pun kawan Bapak yang mengajarkan.
Bapak hanya sekedar ingin mengenang. Bacalah !
Saat kamu kecil dulu, Bapak masih ingat pertama kali kamu bisa ngomong. Kamu asyik memanggil : Bapak, Bapak, Bapak. Bapak Bahagia sekali rasanya anak lelaki Bapak sudah bisa me-manggil2 Bapak, sudah bisa me-manggil2 Ibunya”.
Bapak sangat senang bisa berbicara dengan kamu walaupun kamu mungkin tidak ingat dan tidak paham apa yang Bapak ucapkan ketika umurmu 4 atau 5 tahun. Tapi, percayalah. Bapak dan Ibumu bicara dengan kamu sangat banyak sekali. Kamulah penghibur kami setiap saat.walaupun hanya dengan mendengar gelak tawamu.
Saat kamu masuk SD, bapak masih ingat kamu selalu bercerita dengan Bapak ketika membonceng motor tentang apapun yang kamu lihat di kiri kananmu dalam perjalanan.
Ayah mana yang tidak gembira melihat anaknya telah mengetahui banyak hal di luar rumahnya.
Bapak jadi makin bersemangat bekerja keras mencari uang untuk biaya kamu ke sekolah. Sebab kamu lucu sekali. Menyenangkan. Bapak sangat mengiginkan kamu menjadi anak yang pandai dan taat beribadah.
Masih ingat jugakah kamu, saat pertama kali kamu punya HP? Diam2 waktu itu Bapak menabung karena kasihan melihatmu belum punya HP sementara kawan2mu sudah memiliki.
Ketika kamu masuk SMP kamu sudah mulai punya banyak kawan-kawan baru. Ketika pulang dari sekolah kamu langsung masuk kamar. Mungkin kamu lelah setelah mengayuh sepeda, begitu pikir Bapak. Kamu keluar kamar hanya pada waktu makan saja setelah itu masuk lagi, dan keluarnya lagi ketika akan pergi bersama kawan-kawanmu.
Kamu sudah mulai jarang bercerita dengan Bapak. Tahu2 kamu sudah mulai melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi lagi. Kamu mencari kami saat perlu2 saja serta membiarkan kami saat kamu tidak perlu.
Ketika mulai kuliah di luar kotapun sikap kamu sama saja dengan sebelumnya. Jarang menghubungi kami kecuali disaat mendapatkan kesulitan. Sewaktu pulang liburanpun kamu sibuk dengan HP kamu, dengan laptop kamu, dengan internet kamu, dengan dunia kamu.
Bapak bertanya-tanya sendiri dalam hati. Adakah kawan2mu itu lebih penting dari Bapak dan Ibumu? Adakah Bapak dan Ibumu ini cuma diperlukan saat nanti kamu mau nikah saja sebagai pemberi restu? Adakah kami ibarat tabungan kamu saja?
Kamu semakin jarang berbicara dengan Bapak lagi. Kalau pun bicara, dengan jari-jemari saja lewat sms. Berjumpa tapi tak berkata-kata. Berbicara tapi seperti tak bersuara. Bertegur cuma waktu Natal. Tanya sepatah kata, dijawab sepatah kata. Ditegur, kamu buang muka. Dimarahi, malah menjadi-jadi.
Malam ini, Bapak sebenarnya rindu sekali pada kamu.
Bukan mau marah atau mengungkit-ungkit masa lalu. Cuma Bapak sudah merasa terlalu tua. Usia Bapak sudah diatas 60 an. Kekuatan Bapak tidak sekuat dulu lagi.
Bapak tidak minta banyak…
Kadang-kadang, Bapak cuma mau kamu berada di sisi bapak. Berbicara tentang hidup kamu. Meluapkan apa saja yang terpendam dalam hati kamu. Menangis pada Bapak. Mengadu pada Bapak.Bercerita pada Bapak seperti saat kamu kecil dulu.
Andaipun kamu sudah tidak punya waktu sama sekali berbicara dengan Bapak, jangan sampai kamu tidak punya waktu berbicara dengan Allah. Jangan letakkan cintamu pada seseorang didalam hati melebihi cintamu kepada Allah. Mungkin kamu mengabaikan Bapak, namun jangan kamu sekali2 mengabaikan Allah.
Maafkan Bapak atas segalanya. Maafkan Bapak atas curhat Bapak ini. Rajin ke ikut ibadah di gereja. Jagalah hati. Jagalah iman. ”
Pemuda itu meneteskan air mata, terisak. Dalam hati terasa perih tidak terkira................... Bagaimana tidak ? Sebab tulisan ayahandanya itu dibaca setelah 3 bulan beliau pergi untuk selama-lamanya...@SAUDDARA KU JIKA ANDA PUNYA ORG TUA ADA PERHATIKAN NASIB ORTU SAAT USIA TUA.

Anak Menjarah Hak Mama

Penulis :  on October 28, 2014 at 01:57:03 WP

 Oyos Saroso HN
Ilustrasi Menjarah (Ist)
Ilustrasi Menjarah (Ist)
“Mama-mama jual sayur. Anak jual mama,” ungkapku kepada teman-teman angota Aliansi Jurnalis Idependen (AJI) Papua di sela-sela kegiatan Uji Kompentensi Jurnalis Muda Angkatan Keenam di Hotel Numbay, dok V Jayapura, pada 9-11 2013 lalu.
Ungkapan itu disambut gelak tawa rekan-rekan jurnalis. Rekan-rekan memberikan komentar beragaman. “Ah,  nanti anak-anak mama dorang marah? Ah benar moh… Ha ha ha ha…” Ada kawan-kawan jurnalis yang terus hura sambil menyoal pernyataan.
Saya melontakan pernyataan lucu itu saat diskusi kisah mama menjual sayur di jantung Kota Jayapura, ibu kota Provinsi Papua. Kisah mama jual sayur bukan hal baru. Dari pemerintahan ke pemerintahan Papua berintegrasi dengan  Indonesia,  tempat mama jualan sudah 40 tahun lebih tidak pernah perhatikan.
Kita menyadari infrastruktur pasar mama-mama Papua satu bagian dari pembangunan Papua yang diabaikan. Pemerintah hanya sibuk bermimpi, berdebat,  dan menggusur pasar mama-mama Papua demi membangun ruko, jalan raya, dan hotel-hotel pencakar langit. Jumlahnya gedung pencakar langit terus bertambah setiap tahun hingga kini.
Pembangunan yang terus bertambah itu mengubah kota Jayapura sarut marut dan merubah wajah tempat jualan mama-mama. Mama yang dulu berjualan di lokasi pasar tanpa bangunan, pasar yang tidak layak pun digusur. Mama terusir berjualan di trotoar jalan, emperan toko, pinggiran jalan, dan di atas aspal.
Pengusiran, perubahan tempat jualan itu,  menyadarkan mama harus menuntut hak dirinya sebagai warga negara. Mama mengorganisir diri bersama sejumlah aktivis perorangan maupun aktivis sejumlah NGo pada tahun 2002. Mereka menuntut pemerintah melalui demo dan audiens dengan  waakil rakyat kota, provinsi, dan juga Gubernur dan Wali kota.
Demo mama membuahkan reaksi. Gubernur Papua kala itu Barnabas Suebu SH menjanjikan pembangunan pasar. “Mulutku adalah SK (Surat Keputusan),”ungkap Suebu. Mama Papua percaya di balik slogan masa kampanye gubernur “Kaka Bas Pulang Kampung”. Orang percaya Suebu pulang dengan segudang ilmu membangun Papua, termasuk Pasar Mama Papua.
He he he…Suebu bukan pulang membangun Papua. Ia malah menjadi “perampok” proyek negara. Dua bulan lalu, Komisi Pemberantasan Korupsi, (KPK) menetapkannya sebagai tersangka dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air di Sungai Mamberamo senilai Rp 56 miliar  tahun anggaran 2009/2010. Elite Papua tidak dipercaya pemerintah pusat. Juga rakyat.
Kembali ke persoalan pasar mama-mama. Perjalanan waktu janji pemerintah membangun pasar mama mulai ada titik terang untuk tempat, anggaran, dan desain. Pemerintah mulai membangun pasar sementara mama dengan tenda senilai Rp2 miliar. Kemudian, pemerintah menjanjikan membangun pasar permanen enam lantai, di lokasi Terminal Bus Damri, Kota Jayapura.
Pemerintah mengalokasikan anggaran yang cukup. Alokasi anggaran terus bertambah dalam pernyataan pemerintah. “Pemerintah mengatakan ada anggaran Rp10 miliar lalu. Kini jadi Rp.45 miliar,  namun kami tidak tahu anggaran itu di mana keberadaannya. Kondisi pasar tidak pernah berubah,”ungkap Mama Yuliana Pigay, kordinator Mama-mama Pedangan Asli Papua, Jumat (21/3) lalu.
Kondisi pasar yang tidak pernah berubah juga terlihat pengelolaan koperasi mama-mama. Koperasi atas prakarsa mama-mama Papua bersama aktivis yang berkompenten. Ada pegawai bank Pemerintah Daerah yang mengorganisir mama-mama simpan uang hasil jualan setiap hari. Ada yang mengelola koperasi di lokasi pasar tenda.
Saya melihat pengelolaan koperasi itu sejak awal menjadi kuli tinta, tiga tahun lalu. Saya bangga melihat kawan-kawan yang peduli dan mengorganisir mama. “Pasti suatu saat mama tidak perlu mengemis lagi ke pemerintah. Mama bisa menbangun pasar dari hasil jualannya sendiri,”pikir saya  sambil menyaksikan kawan-kawan yang luar biasa hebat itu.
Seiring waktu, saya sudah tidak pernah lagi ingat mama-mama karena wilayah liputan saya berubah. Walaupun begitu, saya masih memikirkan mama lalu menulis surat mama dalam bentuk artikel. Saya menulis surat mama untuk anak kepala daerah. ‘Ketika Penguasa Menangis,  Membaca Surat Mama,’tulisku di media ini.
Sekadar meraih harapan, mengkomunikasi suara mama yang tak terdengra, saya pun mempersiapkan surat balasan anak pejabat kepada mama. Sebelum surat itu selesai, seminggu lalu, saya mendengar kekecewaan seorang sahabat yang pernah turut berjuang melalui aksi turun jalan hingga menulis artikel-artikel di media masa. Ia berusaha membangun opini, menjebatani komunikasi keluahan mama kepada publik dan pemerintah lewat media masa menjadi sia-sia.
Kata kawan, ia kecewa lantaran mama hanyalah objek oknum-oknum yang tergabung dalam Solidaritas Pedangan Asli Papua (Solpap). Anak-anak mengambil untung, berpesta pora dan hura-hurahan. Sementara, mama terus berjualan di di bawah tenda yang hanya kata pemerintah ‘sementara’ itu.
“Koperasi macet. Kios milik pribadi yang bertumbuh subur. Saya sangat emosi. orang-orang yang ada di sana mereka malas tahu kalau kita datang. Marah atau malu saya juga tidak mengerti,”ungkapnya kesal.
Saya tersentak kaget. “Tuhan…benar ka…mereka jahat sampe. Kalau mereka yang berjuang untuk keadilan untuk mama berperilaku begitu, bagaimana mungkin pemerintah mau percaya mereka penuhi harapan mama-mama? Parah…”ungkapku.
Saya pikir benar adanya ungkapan dua tahun silam. Anak-anak yang mengendalikan birokrasi hingga berjalan bersama perjuangan mama-mama sama perilakunya. Perilakunya jauh tertinggal dari mama-mama yang menutut hak yang tidak sampai kuliah itu. Anak-anak berpendidikan tinggi hanya utuk mengambil hak mama.
Aneh! Mereka meneriakkan keadikan dan kesejahteraan, namun menjarah hak mama-mama Papua. Mama menjadi korban kepentingannya dan objek kepentingan permainan anggaran. Merasa merasa tidak cukup yang mereka terima, lalu menjarah lagi. Rakusnya…ampunn…!
Kalau situasinya begini, apa jadinya nasib orang Papua, mama Papua yang sedang mencari keadilan di trotoar kota? Kalau begitu, mengapa dari dulu hingga hari meneriakkan pembangunan kesejahteraan rakyat Papua? Papua akan hancur-hancuran karena banyanya orang rakus. (Mawel Benny)

Selasa, 09 Desember 2014

PENYERAHAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INTAN JAYA TA 2012


21/11/2013 – 11:37
Dengan berakhirnya pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Intan Jaya TA 2012, pada Selasa, 22 Oktober2013 BPK RI Perwakilan Provinsi Papua menyerahkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Intan Jaya. Bertempat di ruang Kepala Perwakilan, Kepala Perwakilan, Dori Santosa, S.E., M.M., menyerahkan LHP kepada Ketua I DPRD Kabupaten Intan Jaya,Kenius Tabuni, S.Th., S.H., dan Bupati Intan Jaya Drs. Ayub Kayame, M.A.
BPK memberikan opini Disclaimer atas LKPD Kabupaten Intan Jaya TA 2012. Dalam sambutannya, Dori Santosa, S.E., M.M., menyampaikan harapan agar Pemerintah Daerah Kabupaten Intan Jaya dapat menyampaikan laporan keuangannya tepat waktu. Hal ini mengingat lambatnya penyampaian LKPD Kabupaten Intan Jaya kepada BPK. Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa keterlambatan tersebut selain menghambat pemeriksaan BPK, juga akan merugikan Pemerintah Daerah Intan Jaya sendiri. Beliau juga menyampaikan bahwa BPK adalah mitra kerja bagi entitas, dan BPK menyambut baik adanya upaya konsultasi dari entitas dalam pengelolaan keuangan daerah.
Pada akhir sambutannya, beliau beliau mengingatkan bahwa dengan disampaikannya LHP tersebut, berdasarkan ketentuan yang berlaku maka pejabat yang terkait berkewajiban menindaklanjuti temuan pemeriksaan BPK dalam waktu 60 hari. Jika dalam 60 hari belum ada tindak lanjut, maka BPK akan bersurat kepada entitas dan memberikan tenggat waktu 30 hari untuk proses tindak lanjut. Jika masih belum ada tindak lanjut, maka BPK akan kembali bersurat hingga total tenggat waktu penyampaian tindak lanjut adalah 150 hari. Jika masih belum ada tindak lanjutnya, maka BPK dapat menyerahkannya kepada aparat penegak hukum. (fbp)

PENYERAHAN LHP ATAS PEMERIKSAAN LKPD KABUPATEN DOGIYAI TA 2012


Rabu, 16 Oktober 2013 bertempat di Ruang Rapat Kepala Perwakilan diselenggarakan acara penyerahan LHP atas pemeriksaan LKPD Kabupaten Dogiyai Tahun Anggaran 2012. Anggota DPRD Kabupaten Dogiyai Laurensius Makay dan Bupati Dogiyai Drs. Thomas Tigi diterima oleh Kepala Sekretariat Perwakilan BPK RI Provinsi Papua, Drs. Lion Simbolon, M.M.
Setelah beramah tamah sejenak, acara penyerahan dimulai pada pukul 14.00 WIT yang diawali dengan penandatanganan Berita Acara Serah Terima dan dilanjutkan penyerahan LHP. BPK RI memberikan opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP) atas LKPD Kabupaten Dogiyai TA 2012. Pada akhir acara Kepala Sekretariat Perwakilan memberikan sambutan. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa dengan diserahkannya LHP maka para pejabat yang terkait wajib menindaklanjuti selambat-lambatnya 60 hari setelah LHP diterima. Untuk mengefektifkan penyelesaian Tindak Lanjut dapat ditempuh dengan cara:
1. Pemerintah Daerah meningkatkan peran dan fungsi Majelis TP/TGR dan Inspektorat, atau
2. DPRD membentuk “Panitia Kerja” untuk menangani Tindak Lanjut.
Pada akhir sambutannya, beliau mengharapkan agar Pemerintah Daerah Kabupaten Dogiyai melakukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan untuk mengeliminasi kelemahan-kelemahan yang ada, sehingga penyajian laporan keuangan di masa mendatang semakin baik. (fbp)

Selasa, 25 November 2014

Soal Penembakan 3 Aktivis KNPB di Dogiyai


Sabtu, 22 November 2014 03:01

KNPB Tuntut Polda Tanggung Jawab

Soal Penembakan 3 Aktivis KNPB di Dogiyai

Jubir Badan Pengurus Pusat Komite Nasional Papua Barat (BPP-KNPB) Bazoka Logo didampingi Ketua I BPP KNPB Agus Kosay, ketika memberikan keterangan pers terkait  kasus  penembakan di Dogiyai di Expo, Waena, Jumat (21/11).  JAYAPURA – Komite Nasional Papua Barat (KNPB) menuntut Polda Papua    bertanggungjawab atas aksi penembakan terhadap 3 aktivis KNPB, ketika berlangsung  ibadah syukur HUT ke-6 KNPB sekaligus mendukung pertemuan ILWP di Belanda di Moanemani, Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua, Kamis (20/11) lalu.  
Tuntutan ini disampaikan Jubir BPP-KNPB Bazoka Logo didampingi Ketua I BPP KNPB Agus Kosay, ketika keterangan pers di Expo, Waena, Kota Jayapura, Jumat (21/11).  
Bazoka Logo mengatakan, ke-3 aktivis KNPB yang tertembak, masing-masing David Pigai kena tembak di betis kaki kiri, peluru masih bersarang di kaki, Arsel Pigai kena tembak di kaki kanan dan Okto Tebay kena tembak di kaki kanan, peluru masih bersarang di kaki.
Selain itu, kata Bazoka Logo, pihaknya juga minta agar Polda Papua segera membebaskan 25 aktivis KNPB yang ditangkap dan ditahan di Ruang Tahanan Polres Nabire. Masing-masing 13 aktivis KNPB ditangkap, ketika berlangsung ibadah syukur HUT ke-6 KNPB di Kali Bobo Deoan Kampus USWIM, Nabire, Rabu (19/11) pukul 08.30 WIT. Sedangkan di Dogiyai 12 aktivis KNPB ditangkap aparat.

Menurut Bazoka Logo, tindakan Polda Papua melakukan pembubaran paksa dan menembaki  aktivis KNPB merupakan tindakan kriminal, padahal kemerdekaan berserikat dan  mengeluarkan pendapat itu berdasarkan UUD 1945.
Lanjut Bazoka Logo, pihaknya bersedia membuktikan tindakan kriminal yang dilakukan Polda Papua terhadap aktivis KNPB di Pengadilan dimanapun.  
Sementara itu, Agus Kosay menuding Polda Papua telah melakukan pembohongan publik, karena menuding sejumlah aktivis KNPB membawa senjata tajam seperti bom molotov dan menyerang aparat ketika itu. Padahal kata mereka aparat menyerang aktivis KNPB menggunakan senjata.
“Kami hanya punya Megafon dan spanduk. Itu kekuatan kami. KNPB adalah organiasi sipil  yang berjuang tanpa kekerasan. Tra mungkin orang pergi ibadah bawa bom molotov dan menyerang aparat,” terang Agus Kosay.
Dikatakan Agus Kosay, pihaknya juga menyampaikan prihatin atas sikap aparat yang menutup akses bagi keluarganya untuk menjenguk aktivis KNPB yang ditahan di Polres Nabire. (mdc/don/lo1)

Wacana Otsus Dihapus, Kepala Daerah Ketakutan

Sabtu, 22 November 2014 03:07

Panus Jingga: Sebab Selama ini Mereka Tak Dapat Memanfaatkan Otsus 

JAYAPURA - Wacana akan dihapusnya Otsus Papua setelah berlangsung selama 13 tahun,  terus menuai banyak komentar. Kali ini, komentar kritis itu datang dari Dosen Fakultas Teknik UNCEN Panus Jingga. Ia tak yakin jika wacana meniadakan atau menghapus Otsus itu dapat diwujudkan. Meskipun demikian, wacana penghapusan Otsus itu telah membuat para kepala daerah di Papua jadi ketakutan.
Dikatakan menghapus Otsus tidak segampang yang diwacanakan, pasalnya status Otonomi Khusus (Otsus) yang diberikan Pemerintah Pusat kepada Papua itu masa berlakunya 25 tahun. Dan itu didukung  dengan Undang-undang No. 21 Tahun 2001 tentang Otsus Papua.   Dimana sampai saat ini implementasi Otsus itu sendiri sudah 13 tahun,. Artinya sisa waktu 11 tahun lagi masa Otsus.
Namun disayangkan 13 tahun Otsus ada tak pernah dirancang baik melalui Perdasi maupun Perdasus, terbukti sampai hari ini Perdasi Perdasus tidak ada, dapat diibaratkan, Undang- undang Otsus itu tanah dan batu dimana roh dari Otsus itu diwujudkan dalam lembaga representatif MRP. “Satu sisi kehadiran Undang-undang Otsus Papua itu ruang untuk merancang Perdasi dan Perdasus belum ada,” ujar Panus Jingga, Jumat (21/11/2014) di Kotaraja.

Tak adanya ruang untuk merancang Perdasi dan Perdasus dari Otsus Papua, menyebabkan segala hal masih diintervensi Pusat. Kalaupun kemudian muncul wacana di ruang publik  untuk meniadakan Otsus di Papua sebagaimana diungkapkan Gubernur Papua Lukas Enembe bahwa Pemerintah Pusat akan meniadakan Otsus, saya berpendapat tidak mungkin Pemerintah Pusat secara sepihak meniadakan Otsus di Papua mengingat implementasi Otsus sudah nampak di Kabupaten dan Kota di Provinsi Papua.
Ketika Otsus akan ditiadakan, berarti Pemerintah Pusat dalam hal ini Presiden akan  mengeluarkan Perpu pengganti Undang-undang Otsus Papua. Panus Jingga melihat, wacana meniadakan Otsus di Papua telah membuat sejumlah orang ketakutan termasuk pimpinan daerah ini.  “Pimpinan daerah ini sekarang ketakutan karena mereka tidak memanfaatkan kebaikan dari Otsus itu sendiri, ujar Panus. “Saya melihat Kepala Daerah tidak siap ketika Otsus ditiadakan, artinya Kepala Dearah juga tak siap karena sejumlah sarana prasarana infrastruktur belum dibangun di Kabupaten/ Kota,”katanya.
Ketika Kepala Daerah yakin dengan Otsus dia sudah bisa membangun infrastruktur didaerahnya baik jalan, jembatan, infrastruktur Pendidikan, Kesehatan dan lainnya, maka dia  yakin dan siap ketika ada Wacana Otsus ditiadakan oleh Pemerintah Pusat. Namun yang terjadi sekarang, banyak Kepala daerah tak siap karena sejumlah infrastruktur belum dibangun. “Ketika infrastruktur siap. Cabut, silahkan saja,”ujar Master lulusan ITB Bandung ini. Kepala daerah menurut Panus tak perlu takut kalau memang mereka sudah membangun sesuai harapan Pemerintah Pusat, ya silahkan cabut, tak mungkin melawan konstitusi yang ada. Lebih lanjut Panus mengatakan, wacana  Otsus ditidakan perlu ditanggapi segera DPRP dan Gubernur dengan duduk bersama untuk evaluasi mengapa Otsus mau dicabut/ ditiadakan. Kalau dicabut apa solusi yang ditawarkan negara serta implikasinya seperti apa. Dia mengatakan, ketika Otsus ditiadakan dampaknya akan luar biasa. Sementara di Kabupaten/Kota tak ada dana tambahan selain Otsus, sehingga kalau Otsus dicabut maka kembali ke nol.
Gubernur juga pernah menyatakan, kalau Otsus ditiadakan, maka Papua perlu diberikan kewenangan mengelola Sumber Daya Alamnya. Menurut Panus kewenangan mengelola SDA di sebuah Provinsi, gubernur berada pada posisi mengelola sumber daya alam golongan C sementara SDA vital golongan minyak dan gas A dan B dikelola Pemerintah Pusat. Dalam Undang-undang Minerba hal itu diatur jelas, terangnya.
Lebih lanjut dijelaskan, Otsus Papua telah membuat Orang Papua royal, kebiasaan bertani telah ditinggalkan, lebih baik Otsus ditiadakan supaya Orang Papua bekerja tidak royal lagi. Ketika tidak ada solusi, sendirinya Dialog Jakarta Papua akan terjadi. (Ven/don/lo1)

Mahasiswa Papua Demo Tolak Kenaikan Harga BBM

Selasa, 25 November 2014 01:40

Mahasiswa Papua Demo Tolak Kenaikan Harga BBM

Ratusan mahasiswa melakukan aksi demo di gedung DPRP Papua untuk menyatakan aspirasinya terhadap penolakkan kenaikan harga BBMJayapura – Ratusan Mahasiswa yang berasal dari gabungan organisasi mahasiswa dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang ada di Kota Jayapura melakukan demo ke kantor Dewan Perwakilan Rakyat  Papua (DPRP) menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang sudah dinaikan oleh pemerintah pusat.
Dalam aksinya, ratusan mahasiswa yang tergabung dari Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Perkumpulan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Papua secara serentak dengan tegas mengatakan, “Jokowi Pembunuh”.
Sementara sejumlah pamflet bertuliskan, bubarkan mafia Migas. Kami mahasiswa pemuda dan masyarakat Papua menolak kenaikan BBM. Pemerintah harus bertanggungjawab, Jokowi-JK berantas mafia Migas, Jokowi tidak memihak kepada rakyat kecil, Pemerintah harus transparan anggaran subsidi BBM. Dan sebagai simbol perlawanan, mahasiswa pria melakukan aksi buka baju di halaman Kantor DPR Papua.

Perwakilan Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Septi Modga dalam orasinya mengatakan, Jokowi jangan mengambil kebijakan sepihak. Namun harus melihat semua kondisi daerah di Papua. Karena kenaikan BBM hanya akan menyengsarakan masyarakat  Papua.
“Kebijakan ini akan membunuh rakyat Papua. DPR ganti DPR, Bupati ganti Bupati, Gubenur ganti Gubernur tapi kondisi di tanah Papua tetap seperti ini. Kami sudah capek terus meneriakkan kepentingan masyarakat, tapi suara kami selalu diabaikan. Kami mau masyarakat Papua merdeka secara sosial, secara manusia dan merdeka dari kesejahteraan, “ kata Septi dalam orasinyadi halaman kantor DPR Papua, Senin (24/11) kemarin.
Setalah kurang lebih 30 menit berorasi hanya satu orang anggota DPR Papua, Bobby Jikwa  yang menemui massa, pasalnya  para anggota dewan lainnya sedang tak berada di tempat. Mereka kini sedang di Jakarta untuk bertemu Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) guna mengkosultasikan hasil pembahasan Tata Tertib (Tatib) dewan.
Perwakilan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Jayapura, Fransiskus Takimai menyatakan, pihaknya kecewa dengan kondisi itu. Harusnya pimpinan susah senang bersama rakyat. Bukan seperti ini.
“Kami ke sini untuk protes kebijakan yang tidak menguntungkan kami masyarakat kecil. Negara ini berdiri karena ada rakyat. Jadi negara ada untuk kepentingan rakyat. Kami disini demi kepentingan masyarakat Papua. Jadi tujuan kami ke sini bukan materi dan finansial,  tapi kami ke sini untuk menyampikan aspirasi, “ujar Fransiskus.
Sehingga kata dia, kalau memang anggota dewan tidak ditempat, kami hanya ingin anggota DPRP yang ada ini bisa besama-sama kami jalan ke kantor Gubenur Papua untuk melanjutkan aspirasi kami disana.
Sementara itu, Anggota DPR Papua dari Partai Demokrat, Bobi Jikwa yang memenui pendemo mengatakan, akan tampung semua aspirasi mahasiswa. Dan sebagai anggota parlemen, ini sudah menjadi tugas mereka menerima semua aspirasi dari masyarakat dan mahasiswa.
“Teman-teman dan pimpinan sementara DPR Papua kini ke Jakarta membawa hasil pembahasan Tatib. Makanya saya berdiri di sini hanya seorang diri. Semua aspirasi yang masuk ke kami akan kami tindak lanjuti sesuai prosedur yang ada,” kata Bobi Jikawa dihadapan pendemo.
Karena hanya ditemuai satu anggota DPR Papua, akhirnya massa menolak untuk membacakan dan menyerahkan pernyataan sikap mereka. Sehingga dengan rasa kecewa massa pun lalu membubarkan diri. (ds/don)

Jumat, 21 November 2014

Sakit Hati, Anak Bunuh Ibunya Secara Sadis

Selasa, 02 April 2013 02:11

Sakit Hati, Anak Bunuh Ibunya Secara Sadis

Gara-gara Hubungan Asmara dengan Adik Tirinya Tak Direstui

Tersangka saat diperiksa Penyidik Polsekta Abepura. Sebelah tersangka adalah Kapolsek  Abepura Kota, Kompol Decky Hursepunny  sedang memegang barang bukti Parang Panjang yang digunakan tersangka menghabisi korban.Jayapura - Sungguh tragis,  seorang pemuda berinisial AB (24), warga Lembah Furia Kotaraja Dalam, Kelurahan Wahno, Distrik Abepura, tegah menghabisi ibu kandungnya  sendiri bernama Frederika Bonay (39) secara sadis.  Korban ditemukan tewas mengenaskan di belakang Asrama Mahasiswa STIE Ottow Geisler Kotaraja Dalam,  tepatnya di bawah pohon besar disamping mata air Kali Sumbergoni, pada Kamis (28/3) sekitar 06.30 WIT. Lantas bagaimana penuturan dan pengakuan, AB) setelah ditangkap oleh Anggota Reskrim Polsek Kota Abepura?
AB (24), pria kelahiran Serui ini seakan tidak merasa menyesal sedikitpun setelah membunuh Ibu kandungnya sendiri bernama Frederika Bonay (39) secara sadis dan keji.  Dikatakan sadis  dan keji, karena korbannya yang adalah ibu yang melahirkannya mengalami luka sabetan parang panjang pada bagian kepala depan hingga keluar otak, luka bacok pada leher bagian belakang yang nyaris putus, luka bacok pada tangan kanan dan tangan kiri juga nyaris putus, serta luka sabetan pada punggung bagian belakang sebanyak 2 kali. Peristiwa ini terjadi Rabu (27/3) malam pekan lalu, sekitar pukul 21.00 WIT, bertempat dipinggir Kali Sumbergoni, Lembah Furia Kotaraja Dalam, atau tepatnya di belakang Asrama Mahasiswa Kampus STIE Ottow Geisler, Kelurahan Wahno, Distrik Abepura.

Tidak hanya membunuh korban, pelaku AB (24) juga sengaja melepaskan pakaian yang dikenakan ibu kandungnya itu baik baju dan celana hingga dalam keadaan telanjang bulat (bugil, red). Hal itu dilakukan  guna mengelabui warga usai melakukan perbuatan kejinya tersebut, dengan dalih, kalau korban atau ibu kandungnya itu sebelum dibunuh terlebih dahulu diperkosa oleh orang lain. Sayang seribu sayang, perbuatan biadab itu akhirnya terungkap juga, ketika diperiksa sebagai saksi oleh Penyidik Reskrim Polsek Abepura Kota bersama saudara tirinya bernama PR (22) yang merupakan saudara berlainan bapak, tapi satu ibu kandung, yakni korban Alm. Frederika Bonay (39) tersebut.
Begitu ketahuan, AB (24) yang melakukan sendiri eksekusi pembunuhan itu, di hadapan penyidik Reskrim langsung mengakuinya bahwa dialah yang membunuh korban yang merupakan Ibu Kandungnya dengan menggunakan sebilah parang panjang 70 CM dan batu yang telah ia persiapkan terlebih dahulu sebelum melakukan perbuatannya tersebut.
“Memang betul, saya yang telah membunuh mama. Dan, saya bunuh dia (mama, red) karena saya sakit hati dilarang berhubungan asmara serta tidak mengijinkan saya membawa PR (adik tiri pelaku, red) ke Serui untuk tinggal satu rumah,” kata AB yang mengakui semua perbuatannya itu ketika menjawab pertanyaan Bintang Papua.
AB menjelaskan, awalnya berhubungan asmara dengan adik tirinya, yaitu Paska demikian panggilannya yang bahkan sudah memberikan dua anak, namun belum menikah secara resmi lantaran masih ada hubungan darah. Akan tetapi, berhubungan selang dua hari sebelum kejadian itu hari Jumat (29/3) yang merupakan Hari Kematian Isa Almasih (Hari Paskah atau Hari Kematian Tuhan Yesus Kristus, red) keinginan hatinya untuk mengajak adik tirinya, untuk pulang liburan ke Serui,  namun korban yang merupakan ibu kandungnya tidak menyetujui hal itu. “Sehingga saat itu juga, saya langsung mendatangi mama guna meminta ijin agar Paska bisa ikut saya untuk merayakan hari Paskah di Serui sana, namun mama tidak menyetujuinya kemudian saya kembali menanyakan keinginan saya untuk mengajak ke Serui kepada Paska, yakni ‘Ko pilih satu diantara dua pertanyaan sa ini, ko mau ikut sa ke Serui atau kitong pu mama ini yang jadi korban’, akan tetapi Paska hanya menjawab tidak mau karena takut dimarah sama mama karena dilarang untuk ikut saya ke Serui,” jelas Abi demikian pelaku sering disapa.
Begitu mendengar hal itu, AB mulai mencari akal guna melakukan aksinya dengan memberikan alasan kepada korban bahwa ada SMS (pesan singkat, red) dari seseorang yang menunggu korban di samping kali.  “Jadi, tepat pukul 21.00 WIT, saya bersama mama naik menyusuri kali, sementara sebilah parang panjang yang panjangnya 70 cm itu terlebih dahulu sudah ditaruh disamping kali sebagai alat mengahabisi nyawa dia (mama, red),” jelasnya lagi.
Ketika sampai di pinggir kali, AB mengambil parang lalu pura – pura menyuruh korban untuk tunduk dan melihat ke arah depan atau ke seberang kali karena orang yang SMS itu ada tunggu di seberang kali, sehingga saat itu juga pelaku langsung mengayunkan parang ke arah leher bagian belakang korban.
Sontak kemudian, korban berbalik sambil mengatakan, ‘Ah Abi, kenapa ko tega potong mama kah, padahal selama ini mama sudah mengerti ko dengan adik Paska baru. Akan tetapi AB pun langsung menjawab untuk membantah perkataannya bahwa itu hanya tipuan belaka sambil mengayunkan kembali parang itu ke arah kepala bagian depan atau dahi dari korban.
Pelaku AB (24) yang belum puas, kembali ingin membacok kepala korban, namun korban menangkisnya sehingga korban mengalami luka sabetan, mengakibatkan tangan kanan korban nyaris putus dan kemudian pelaku yang sudah digelapkan matanya itu kembali untuk kesekian kalinya membacok lagi tangan kiri korban, selanjutnya mengambil batu besar yang berada di pinggir kali untuk menghantam kepala korban bagian depan sebanyak 2 kali hingga isi dari kepala bagian depan korban atau otak kepala keluar terurai.
Tidak hanya itu, AB (24) juga mengaku bahwa, ia sempat melepas baju dan celana korban untuk menghilang jejak atas perbuatan yang dilakukan. “Waktu saya lempar dengan batu, sudah tidak bernyawa kemudian saya tarik dibawah pohon lalu saya lepas pakaian agar disangka bahwa mama diperkosa lalu dibunuh,” tukasnya.
Lanjut AB (24) bahwa, peristiwa itupun keluarga tidak curiga, karena usai mengeksekusi korban sudah dalam keadaan pakaian rapi dan duduk santai di rumah. “Begitu saya tiba di rumah, Bapak tiri saya menanyakan Mama, lalu saya jawab ada tinggal dengan adek Matias. Saya pulang, karena saya terjatuh di kali,” ucapnya.
Bahkan, menurut dia, pembunuhan yang ia lakukan itu karena sakit hati karena tidak diijinkan berhubungan dengan saudaranya sendiri. “Saya merasa puas karena tidak ada lagi yang menghalangi saya untuk berhubungan dengan saudara saya Paskalina,” imbuhnya.
Sementara itu, Kapolsek Abepura Kota, Kompol Decky Hursepunny ketika dikonfirmasi Bintang Papua mengungkapkan, kasus pembunuhan sadis ini terjadi Rabu (27/3) malam sekitar pukul 21.00 WIT. Mayat korban baru ditemukan warga di bawah pohon besar di pinggir Kali Sumbergoni, Kamis (28/3) pagi sekitar pukul 06.30 WIT, dengan kondisi luka serius di bagian leher belakang, tangan kanan dan kiri, serta kepala depan, akibat dibacok berkali – kali dengan parang dan hantaman batu besar sebanyak dua kali oleh pelaku.
Dalam waktu kurang dari delapan jam setelah penemuan mayat tersebut, pihaknya berhasil mengungkap pelaku pembunuhan itu yang ternyata adalah anak kandung korban sendiri. “Awalnya, pelaku kita amankan dari lokasi kejadian bersama anggota keluarganya yang lain untuk dijadikan saksi dalam kasus ini. Namun setelah kita melakukan pemeriksaan terhadap AB (24), pelaku dalam kasus pembunuhan itu mengarah langsung kepada dirinya,” ujar Kapolsek.
Dari pengakuan itu, akhirnya pelaku ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) Mapolsek Abepura Kota untuk diproses hukum sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya. “Pelaku kita jerat pasal berlapis dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara,” pungkasnya. (mir/don/l03)

Ini Hasil Mubes Miras dan HIV/AIDS Wilayah Adat Mee-Pago

Penulis : Yermias Degei | Jum'at, 21 November 2014 22:06 Dibaca : 172   Komentar : 1

Nabire, MAJALAH  SELANGKAH --
Masyarakat Wilayah Adat Meepago yang tersebar di  Kabupaten, Nabire, Dogiyai, Deiyai, Paniai, Intan Jaya, dan Mimika menggelar Musyawarah  Besar (Mubes) "Pemberantasan Minuman Keras (Miras), Narkoba serta  Penanggulangan HIV/AIDS di Wilayah Adat Meepago" selama empat hari, 17-20 November 2014, di Gereja Katolik Kristus Raja, Siriwini, Nabire, Provinsi Papua.

Mubes yang dihadiri ribuan orang ini dibuka secara resmi oleh Gubernur Provinsi Papua, Lukas Enembe. Pada pembukaan Mubes,  enam Bupati Wilayah Adat Meepago menandatangani sebuah kesepakatan bersama untuk pemberantasan minuman keras dan penanggulangan HIV/AIDS di hadapan gubernur dan ribuan orang.

Usai dibuka pada Senin (17/11/14), Gubernur Papua menyampaikan materinya secara singkat.  Selanjutnya, sejumlah tokoh memaparkan materi  dari berbagai perspektif tentang  "Pemberantasan Minuman Keras (Miras), Narkoba serta  Penanggulangan HIV/AIDS di Wilayah Adat Meepago" selama 2 hari, 18 dan 19 November 2014.

Mareka  antara lain Ketua Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Papua, drh. Costan Karma;  Ketua Sinode Kingmi  Papua, Pdt. Dr. Benny Giay;  Uskup Keuskupan Timika, Mgr. Jhon Philip Saklil; Kepala-kepala Dinas Kesehatan dari 6 Kabupaten;  dokter senior,  dr. Gunawan Inkokusumo; Kepala Dinas Kesehatan Merauke; dan sejumlah peneliti, intelektual dan dan aktivis LSM.

Setelah semua materi selesai disampaikan,  pada 20 November 2014, peserta Mubes dibagi dalam komisi-komisi  untuk membahas dan merumuskan rekomendasi-rekomendasi  "Pemberantasan Minuman Keras (Miras), Narkoba serta  Penanggulangan HIV/AIDS di Wilayah Adat Meepago".  Hasil pleno  dibahas dan ditetapkan dalam sidang yang dipimpin oleh 11 orang di bawah pimpinan Pastor Nato Gobay, Pr.

Setelah seluruh rekomendasi diterima oleh peserta dan ditetapkan, dokumen rekomendasi diserahkan kepada tim perumus untuk merumuskan hasil Mubes. Dalam waktu sekitar 2 jam, tim perumus yang terdiri dari  Pastor Nato Gobai. Pr;  Pdt Dr Yance Nawipa.M.Th; Yones Douw; Andreas Goo; John Giyai; Oktovianus Pogau; Agus Zonggonau, S.P, M.Si; dan Frans Tekege merumuskan hasilnya.

Pada pukul 19:00 WIT, hasil Mubes yang  telah dirumuskan oleh tim perumus
dideklarasikan. Deklarasi hasil Mubes dibacakan oleh Yones Douw dan disambut dengan tepuk meriah.

Mubes ditutup resmi oleh Gubernur Papua, Lukas Enembe yang diwakili oleh Staf Ahli Bidang Kesbangpolmas, Ayub Kayame.

Berikut Deklarasi Hasil Mubes:


DEKLARASI HASIL MUBES PEMBERANTASAN MIRAS, NARKOBA DAN
PENCEGAHAN HIV/AIDS DALAM ENAM KABUPATEN DI WILAYAH ADAT MEE-PAGO

NABIRE, 17-20 NOVEMBER 2014


SATU: Bahwa untuk menjamin hak-hak asasi manusia di Wilayah Adat Mee Pago;

DUA: Bahwa untuk melestarikan kehidupan keturunan umat manusia di Tanah Papua;

TIGA:
Bahwa untuk menghargai dan mengakui harkat dan martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan;

EMPAT:
Bahwa untuk melindungi, berpihak dan memberdayakan Orang Asli Papua sebagai insan ciptaan Tuhan;


Maka, Musyawarah Besar dalam rangkah Pencegahaan HIV/AIDS dan Pemberatansan Minuman Keras,

MEMUTUSKAN DAN MENETAPKAN BAHWA:


SATU: Berdasarkan pelaksanaan UU OTSUS, Perdasi/Perdasus, dan Perda 6 Kabupaten, maka MUBES Mee Pago telah membentuk TIM EKSEKUSI MIRAS untuk memberantas MIRAS di Wilayah Adat Mee Pago, sehingga MUBES meminta kepada Pemerintah Daerah 6 Kabupaten untuk mencabut Perda tentang Ijin Penjualan MIRAS, Praktek Prostitusi (Lokalisasi, penginapan gelap/kumpul kebo, rumah kost), Panti Pijat, Praktek Diskotik, Caf, BAR, Togel, Aibon, alkohol, dan Narkoba di Wilayah Adat Mee Pago dan segera mengeluarkan Perda Baru tentang Larangan Penjualan MIRAS, MIRAS, Praktek Prostitusi (Lokalisasi, penginapan gelap/kumpul kebo, rumah kost), Panti Pijak, Praktek Diskotik, Caf, BAR, Togel, Aibon, alkjohol, dan Narkoba di Wilayah Adat Mee Pago.

DUA: Kepada seluruh masyarakat adat wilayah Mee Pago segera melakukan pencegahaan dan penanggulangan terhadap HIV/AIDS serta meminta kepada Pemerinntah Daerah dan SKPD terkait untuk segera menurunkan tingkat frekwensi penderita HIV/AIDS, melakukan pelayanan secara serius kepada para penderita HIV/AIDS, dan membentuk TIM POJKA untuk Pencegahaan dan Pemberantasan HIV/AIDS di Wilayah Adat Mee Pago dalam kemitraan antara Pemerintah Daerah, KPA Daerah, LSM, dan Gereja.

TIGA: Hasil MUBES HIV/AIDS dan MIRAS ini melahirkan sebuah Lembaga LP2MAM yang bekerja di seluruh Wilayah Adat Mee Pago, dalam rangka menindaklanjuti Keputusan-keputusan MUBES sehingga kemitraan, koordinasi dan kerjasama antara pemerintah propinsi, pemerintah daerah 6 kabupaten dengan LP2MAM untuk mengawal, mengawasi, memproteksi, melindungi, memihak, dan memberdayakan masyarakat dengan membebankan biaya kepada APBD Propinsi dan APBD 6 Kabupaten di Wilayah Adat Mee Pago.

EMPAT: Pelaksanaan Amanat MUBES HIV/AIDS dan MIRAS ini dilaksanakan paling lambat 6 bulan sejak terhitung Hari Kamis, Tanggal 20, Bulan November Tahun 2014 di Nabire. Jika amanat MUBES HIV/AIDS dan MIRAS ini tidak segera dilaksanakan sampai batas waktu 6 bulan, maka seluruh Masyarakat Adat Wilayah Mee Pago akan melakukan aksi massa Damai dan eksekusi Hasil MUBES dengan meminta pertanggungjawaban resmi dari Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Daerah 6 Kabupaten di Wilayah Adat Mee Pago.

Keputusan ini ditetapkan di Nabire, 20 November 2014

Tertanda Tim Perumus:

Pastor Nato Gobai. Pr;
Pdt Dr Yance Nawipa.M.Th;
Yones Douw;
Andreas Goo;
John Giyai;
Oktovianus Pogau;
Agus Zonggonau, S.P, M.Si; dan
Fransiskus Tekege.

UP2KP Hadir untuk Rakyat, Menuju Papua Sehat 2018

Penulis : Abeth Abraham You | Minggu, 13 Oktober 2013 10:43 Dibaca : 891   Komentar : 0
Direktur Eksekutif UP2KP, drg. Aloysius Giyai, M.Kes, sekaligus saat ini menjabat sebagai direktur RS Abepura Jayapura. Foto: MS
Jayapura, MAJALAH SELANGKAH -- Untuk menuju Papua sehat 2018, salah satu program yang digagas oleh gubernur dan wakil gubernur provinsi Papua, Lukas Enembe dan Klemen Tinal menuju Papua yang mandiri yaitu dengan membentuk Unit Percepatan Pembangunan Kesehatan Papua (UP2KP).
Adalah mencoba menjawab akan kondisi buruknya derajat kesehatan di Provinsi Papua yang diikuti dengan minimnya status kesehatan ibu dan anak serta status gizi masyarakat yang rendah, naiknya angka penyakit menular seperti malaria, TBC, IMS dan HIV/AIDS, keterbatasan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dan sejumlah persoalan yang lainnya.
"UP2KP adalah sebuah unit kerja yang hadir di Provinsi Papua guna mempercepat implementasi vis-misi Gubernur Papua dalam menjadikan masyarakat Papua untuk bangkit, mandiri dan sejahtera dalam bidang kesehatan menuju Papua sehat tahun 2018," kata Direktur Eksekutif UP2KP, drg. Aloysius Giyai, M.Kes usai pelantikan pengurus dan peresmian kantor UP2KP di Jalan Baru Kali Acai, Kotaraja, Abepura, Sabtu (12/10/2013).
Aloysius menjelaskan, perhatian utama dari UP2KP merupakan sumber daya manusia (SDM) di bidang kesehatan, sebab nantinya akan melakukan pendistribusian tenaga kesehatan di seluruh wilayah Provinsi Papua.
"Unit ini siap menjalin hubungan koordinasi dengan berbagai lembaga di lingkup pemprov Papua maupun menjalin kemitraan strategis dengan sejumlah pihak terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan pelaksanaan tugas-tugas unit ini demi merekrut tenaga kerja," ungkapnya.
Kata Giyai, latar belakang dari pembentukan UP2KP adalah keprihatinan Gubernur dan Wakil Gubernur Papua, Lukas Enembe, S.IP, MH dan Klemen Tinal, SE, MM atas buruknya derajat kesehatan di tanah Papua.
"Percepatan pembangunan kesehatan Papua dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Maka, kita akan menyiapkan sedikitnya 1.000 dokter umum, 1.000 perawat atau bidan dengan keahlian khusus, 750 Apoteker dan 500 orang dokter spesialis yang berasal dari Papua terutama orang asli Papua dan membangun sistem informasi kesehatan integral melalui bank data kesehatan di tiap kabupaten. Kami juga akan melibatkan para tokoh agama dan tokoh adat, sebab ada penyakit yang tak bisa disembuhkan dengan cara medis, tapi dengan cara adat dan agama," katanya menjelaskan.
Disinggung soal besarnya biaya pada tahun 2013 untuk menangani langkah awal, Aloysius Giyai yang juga Direktur RSUD Abepura ini mengatakan, dana bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Papua sebesar satu milyar.
Sementara itu, dalam sambutan Gubernur Provinsi Papua, Lukas Enembe, S.IP, MH menegaskan implementasi dari dana Otonomi Khusus (Otsus) di bidang kesehatan selama sepuluh (10) tahun berjalan mengalami kemunduran yang sangat drastis. Oleh karena itu, lanjut Enembe, dalam kepemimpinnya mencoba untuk merubah kebisuan yang tertinggal jauh ini menuju mandiri dan sejahtera.
"Sepuluh tahun dana Otsus telah gagal di bidang kesehatan, karenanya hampir tiap saat korban berjatuhan di atas tanah Papua yang kaya raya ini," tegas Lukas Enembe.
"Jangan kita tunggu sampai tunda-tunda, tetapi harus ada upaya yang bisa kita laksanakan agar masyarakat Papua sehat dan sejahtera. Sakit tak bisa tunggu, maka hal ini yang kita mau untuk merubah selama kepemimpinan kami," tuturnya.
"Masyarakatku terus meninggal entah karena malaria, kurangnya gizi, tak memiliki hunian yang standar, kekerasan dalam rumah tangga, kriminal baku tikam apalagi para pemuda dibunuh terus oleh militer. Jangan lagi terulang kembali," pungkas Enembe dengan nada tinggi. (MS)
JAYAPURA (Arrahmah.com) – Rose Marry dari Lembaga Studi dan Pengembangan Perempuan dan Anak (LSPPA) mengungkapkan bahwa minuman beralkohol atau minuman keras menjadi penyebab utama dalam kekerasan terhadap perempuan dan anak di dalam rumah tangga (KDRT).
”Miras masih menjadi penyebab utama dalam kekerasan perempuan. Yang kedua adalah budaya yang keras. Jika sudah membayar mahal, perempuan dapat dimiliki seutuhnya dan diperlakukan seenaknya,” ujarnyanya di kantor Ruang Rapat Sekda Kota Jayapura, rilis jpnn.com, Rabu (29/1/2014).
Dia mengatakan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak yang dilaporkan kini diduga hanya sebagian kecil. Rose menuturkan, masih banyak kasus yang tidak dilaporkan sehingga tidak mencuat ke permukaan.
”Angka itu baru sebagian kecil dari yang terjadi selama ini. Faktor miras sangat besar, sedangkan faktor perselingkuhan belum terlihat jelas,” ungkapnya sebagaimana , Kamis (30/1/2014).
Wakil Ketua Bidang Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Dr Margareta Hanita menerangkan, kasus kekerasan terhadap perempuan di Papua sangat tinggi. Yakni, mencapai 1.360 kasus per 10 ribu perempuan. Kondisi tersebut, lanjut dia, mempengaruhi siklus hidup perempuan yang akhirnya berdampak pada kualitas hidup anak dan keluarga. Allahu musta’an.
Syari’at yang Allah Ta’ala turunkan bukan hanya sekedar aturan yang dibebankan kepada seluruh umat manusia di bumi. Allah sebagai Dzat yang menurunkan  syari’at pasti lebih tahu mana yang mengandung manfaat maupun madharat bagi kehidupan manusia. Dibalik seluruh perintah dan larangan-Nya, pastilah akan ada hikmah yang terkandung didalamnya.
Fenomena yang terjadi di Papua tersebut, sebagai satu bukti bahwa Allah tidak asal-asalan menentukan syari’at. Tentang minuman khamr yang telah Dia tetapkan sebagai barang haram, menjadi penyebab utama timbulnya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan kekerasan terhadap anak. Allah berfirman yang artinya:
“Wahai Muhammad orang-orang bertanya kepadamu tentang khamar dan berjudi. Katakanlah bahwa minuman khamar dan berjudi adalah dosa besar, namun ada juga manfaatnya bagi manusia.  Sekalipun demikian dosanya jauh lebih besar daripada manfaatnya.” [Al-Baqarah:219]
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2014/01/31/minuman-beralkohol-masih-menjadi-penyebab-utama-kdrt-di-papua.html#sthash.O5vzdXfs.dpuf

Minuman beralkohol masih menjadi penyebab utama KDRT di Papua

Jum'at, 29 Rabiul Awwal 1435 H / 31 Januari 2014 08:05
Minuman beralkohol masih menjadi penyebab utama KDRT di Papua
Minuman beralkohol dijual bebas, sudah terbukti banyak berdampak pada perbuatan dosa-dosa berikutnya dan banyak mudharatnya
JAYAPURA (Arrahmah.com) – Rose Marry dari Lembaga Studi dan Pengembangan Perempuan dan Anak (LSPPA) mengungkapkan bahwa minuman beralkohol atau minuman keras menjadi penyebab utama dalam kekerasan terhadap perempuan dan anak di dalam rumah tangga (KDRT).
”Miras masih menjadi penyebab utama dalam kekerasan perempuan. Yang kedua adalah budaya yang keras. Jika sudah membayar mahal, perempuan dapat dimiliki seutuhnya dan diperlakukan seenaknya,” ujarnyanya di kantor Ruang Rapat Sekda Kota Jayapura, rilis jpnn.com, Rabu (29/1/2014).
Dia mengatakan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak yang dilaporkan kini diduga hanya sebagian kecil. Rose menuturkan, masih banyak kasus yang tidak dilaporkan sehingga tidak mencuat ke permukaan.
”Angka itu baru sebagian kecil dari yang terjadi selama ini. Faktor miras sangat besar, sedangkan faktor perselingkuhan belum terlihat jelas,” ungkapnya sebagaimana , Kamis (30/1/2014).
Wakil Ketua Bidang Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Dr Margareta Hanita menerangkan, kasus kekerasan terhadap perempuan di Papua sangat tinggi. Yakni, mencapai 1.360 kasus per 10 ribu perempuan. Kondisi tersebut, lanjut dia, mempengaruhi siklus hidup perempuan yang akhirnya berdampak pada kualitas hidup anak dan keluarga. Allahu musta’an.
Syari’at yang Allah Ta’ala turunkan bukan hanya sekedar aturan yang dibebankan kepada seluruh umat manusia di bumi. Allah sebagai Dzat yang menurunkan  syari’at pasti lebih tahu mana yang mengandung manfaat maupun madharat bagi kehidupan manusia. Dibalik seluruh perintah dan larangan-Nya, pastilah akan ada hikmah yang terkandung didalamnya.
Fenomena yang terjadi di Papua tersebut, sebagai satu bukti bahwa Allah tidak asal-asalan menentukan syari’at. Tentang minuman khamr yang telah Dia tetapkan sebagai barang haram, menjadi penyebab utama timbulnya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan kekerasan terhadap anak. Allah berfirman yang artinya:
“Wahai Muhammad orang-orang bertanya kepadamu tentang khamar dan berjudi. Katakanlah bahwa minuman khamar dan berjudi adalah dosa besar, namun ada juga manfaatnya bagi manusia.  Sekalipun demikian dosanya jauh lebih besar daripada manfaatnya.” [Al-Baqarah:219]
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2014/01/31/minuman-beralkohol-masih-menjadi-penyebab-utama-kdrt-di-papua.html#sthash.qhFqF6PO.dpuf
Minuman beralkohol masih menjadi penyebab utama KDRT di Papua - See more at: http://www.arrahmah.com/news/2014/01/31/minuman-beralkohol-masih-menjadi-penyebab-utama-kdrt-di-papua.html#sthash.qhFqF6PO.dpuf

Minuman beralkohol masih menjadi penyebab utama KDRT di Papua

Jum'at, 29 Rabiul Awwal 1435 H / 31 Januari 2014 08:05
Minuman beralkohol masih menjadi penyebab utama KDRT di Papua
Minuman beralkohol dijual bebas, sudah terbukti banyak berdampak pada perbuatan dosa-dosa berikutnya dan banyak mudharatnya
JAYAPURA (Arrahmah.com) – Rose Marry dari Lembaga Studi dan Pengembangan Perempuan dan Anak (LSPPA) mengungkapkan bahwa minuman beralkohol atau minuman keras menjadi penyebab utama dalam kekerasan terhadap perempuan dan anak di dalam rumah tangga (KDRT).
”Miras masih menjadi penyebab utama dalam kekerasan perempuan. Yang kedua adalah budaya yang keras. Jika sudah membayar mahal, perempuan dapat dimiliki seutuhnya dan diperlakukan seenaknya,” ujarnyanya di kantor Ruang Rapat Sekda Kota Jayapura, rilis jpnn.com, Rabu (29/1/2014).
Dia mengatakan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak yang dilaporkan kini diduga hanya sebagian kecil. Rose menuturkan, masih banyak kasus yang tidak dilaporkan sehingga tidak mencuat ke permukaan.
”Angka itu baru sebagian kecil dari yang terjadi selama ini. Faktor miras sangat besar, sedangkan faktor perselingkuhan belum terlihat jelas,” ungkapnya sebagaimana , Kamis (30/1/2014).
Wakil Ketua Bidang Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Dr Margareta Hanita menerangkan, kasus kekerasan terhadap perempuan di Papua sangat tinggi. Yakni, mencapai 1.360 kasus per 10 ribu perempuan. Kondisi tersebut, lanjut dia, mempengaruhi siklus hidup perempuan yang akhirnya berdampak pada kualitas hidup anak dan keluarga. Allahu musta’an.
Syari’at yang Allah Ta’ala turunkan bukan hanya sekedar aturan yang dibebankan kepada seluruh umat manusia di bumi. Allah sebagai Dzat yang menurunkan  syari’at pasti lebih tahu mana yang mengandung manfaat maupun madharat bagi kehidupan manusia. Dibalik seluruh perintah dan larangan-Nya, pastilah akan ada hikmah yang terkandung didalamnya.
Fenomena yang terjadi di Papua tersebut, sebagai satu bukti bahwa Allah tidak asal-asalan menentukan syari’at. Tentang minuman khamr yang telah Dia tetapkan sebagai barang haram, menjadi penyebab utama timbulnya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan kekerasan terhadap anak. Allah berfirman yang artinya:
“Wahai Muhammad orang-orang bertanya kepadamu tentang khamar dan berjudi. Katakanlah bahwa minuman khamar dan berjudi adalah dosa besar, namun ada juga manfaatnya bagi manusia.  Sekalipun demikian dosanya jauh lebih besar daripada manfaatnya.” [Al-Baqarah:219]
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2014/01/31/minuman-beralkohol-masih-menjadi-penyebab-utama-kdrt-di-papua.html#sthash.qhFqF6PO.dpuf

Minuman beralkohol masih menjadi penyebab utama KDRT di Papua

Jum'at, 29 Rabiul Awwal 1435 H / 31 Januari 2014 08:05
Minuman beralkohol masih menjadi penyebab utama KDRT di Papua
Minuman beralkohol dijual bebas, sudah terbukti banyak berdampak pada perbuatan dosa-dosa berikutnya dan banyak mudharatnya
JAYAPURA (Arrahmah.com) – Rose Marry dari Lembaga Studi dan Pengembangan Perempuan dan Anak (LSPPA) mengungkapkan bahwa minuman beralkohol atau minuman keras menjadi penyebab utama dalam kekerasan terhadap perempuan dan anak di dalam rumah tangga (KDRT).
”Miras masih menjadi penyebab utama dalam kekerasan perempuan. Yang kedua adalah budaya yang keras. Jika sudah membayar mahal, perempuan dapat dimiliki seutuhnya dan diperlakukan seenaknya,” ujarnyanya di kantor Ruang Rapat Sekda Kota Jayapura, rilis jpnn.com, Rabu (29/1/2014).
Dia mengatakan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak yang dilaporkan kini diduga hanya sebagian kecil. Rose menuturkan, masih banyak kasus yang tidak dilaporkan sehingga tidak mencuat ke permukaan.
”Angka itu baru sebagian kecil dari yang terjadi selama ini. Faktor miras sangat besar, sedangkan faktor perselingkuhan belum terlihat jelas,” ungkapnya sebagaimana , Kamis (30/1/2014).
Wakil Ketua Bidang Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Dr Margareta Hanita menerangkan, kasus kekerasan terhadap perempuan di Papua sangat tinggi. Yakni, mencapai 1.360 kasus per 10 ribu perempuan. Kondisi tersebut, lanjut dia, mempengaruhi siklus hidup perempuan yang akhirnya berdampak pada kualitas hidup anak dan keluarga. Allahu musta’an.
Syari’at yang Allah Ta’ala turunkan bukan hanya sekedar aturan yang dibebankan kepada seluruh umat manusia di bumi. Allah sebagai Dzat yang menurunkan  syari’at pasti lebih tahu mana yang mengandung manfaat maupun madharat bagi kehidupan manusia. Dibalik seluruh perintah dan larangan-Nya, pastilah akan ada hikmah yang terkandung didalamnya.
Fenomena yang terjadi di Papua tersebut, sebagai satu bukti bahwa Allah tidak asal-asalan menentukan syari’at. Tentang minuman khamr yang telah Dia tetapkan sebagai barang haram, menjadi penyebab utama timbulnya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan kekerasan terhadap anak. Allah berfirman yang artinya:
“Wahai Muhammad orang-orang bertanya kepadamu tentang khamar dan berjudi. Katakanlah bahwa minuman khamar dan berjudi adalah dosa besar, namun ada juga manfaatnya bagi manusia.  Sekalipun demikian dosanya jauh lebih besar daripada manfaatnya.” [Al-Baqarah:219]
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2014/01/31/minuman-beralkohol-masih-menjadi-penyebab-utama-kdrt-di-papua.html#sthash.qhFqF6PO.dpuf