Jumat, 21 November 2014

Sakit Hati, Anak Bunuh Ibunya Secara Sadis

Selasa, 02 April 2013 02:11

Sakit Hati, Anak Bunuh Ibunya Secara Sadis

Gara-gara Hubungan Asmara dengan Adik Tirinya Tak Direstui

Tersangka saat diperiksa Penyidik Polsekta Abepura. Sebelah tersangka adalah Kapolsek  Abepura Kota, Kompol Decky Hursepunny  sedang memegang barang bukti Parang Panjang yang digunakan tersangka menghabisi korban.Jayapura - Sungguh tragis,  seorang pemuda berinisial AB (24), warga Lembah Furia Kotaraja Dalam, Kelurahan Wahno, Distrik Abepura, tegah menghabisi ibu kandungnya  sendiri bernama Frederika Bonay (39) secara sadis.  Korban ditemukan tewas mengenaskan di belakang Asrama Mahasiswa STIE Ottow Geisler Kotaraja Dalam,  tepatnya di bawah pohon besar disamping mata air Kali Sumbergoni, pada Kamis (28/3) sekitar 06.30 WIT. Lantas bagaimana penuturan dan pengakuan, AB) setelah ditangkap oleh Anggota Reskrim Polsek Kota Abepura?
AB (24), pria kelahiran Serui ini seakan tidak merasa menyesal sedikitpun setelah membunuh Ibu kandungnya sendiri bernama Frederika Bonay (39) secara sadis dan keji.  Dikatakan sadis  dan keji, karena korbannya yang adalah ibu yang melahirkannya mengalami luka sabetan parang panjang pada bagian kepala depan hingga keluar otak, luka bacok pada leher bagian belakang yang nyaris putus, luka bacok pada tangan kanan dan tangan kiri juga nyaris putus, serta luka sabetan pada punggung bagian belakang sebanyak 2 kali. Peristiwa ini terjadi Rabu (27/3) malam pekan lalu, sekitar pukul 21.00 WIT, bertempat dipinggir Kali Sumbergoni, Lembah Furia Kotaraja Dalam, atau tepatnya di belakang Asrama Mahasiswa Kampus STIE Ottow Geisler, Kelurahan Wahno, Distrik Abepura.

Tidak hanya membunuh korban, pelaku AB (24) juga sengaja melepaskan pakaian yang dikenakan ibu kandungnya itu baik baju dan celana hingga dalam keadaan telanjang bulat (bugil, red). Hal itu dilakukan  guna mengelabui warga usai melakukan perbuatan kejinya tersebut, dengan dalih, kalau korban atau ibu kandungnya itu sebelum dibunuh terlebih dahulu diperkosa oleh orang lain. Sayang seribu sayang, perbuatan biadab itu akhirnya terungkap juga, ketika diperiksa sebagai saksi oleh Penyidik Reskrim Polsek Abepura Kota bersama saudara tirinya bernama PR (22) yang merupakan saudara berlainan bapak, tapi satu ibu kandung, yakni korban Alm. Frederika Bonay (39) tersebut.
Begitu ketahuan, AB (24) yang melakukan sendiri eksekusi pembunuhan itu, di hadapan penyidik Reskrim langsung mengakuinya bahwa dialah yang membunuh korban yang merupakan Ibu Kandungnya dengan menggunakan sebilah parang panjang 70 CM dan batu yang telah ia persiapkan terlebih dahulu sebelum melakukan perbuatannya tersebut.
“Memang betul, saya yang telah membunuh mama. Dan, saya bunuh dia (mama, red) karena saya sakit hati dilarang berhubungan asmara serta tidak mengijinkan saya membawa PR (adik tiri pelaku, red) ke Serui untuk tinggal satu rumah,” kata AB yang mengakui semua perbuatannya itu ketika menjawab pertanyaan Bintang Papua.
AB menjelaskan, awalnya berhubungan asmara dengan adik tirinya, yaitu Paska demikian panggilannya yang bahkan sudah memberikan dua anak, namun belum menikah secara resmi lantaran masih ada hubungan darah. Akan tetapi, berhubungan selang dua hari sebelum kejadian itu hari Jumat (29/3) yang merupakan Hari Kematian Isa Almasih (Hari Paskah atau Hari Kematian Tuhan Yesus Kristus, red) keinginan hatinya untuk mengajak adik tirinya, untuk pulang liburan ke Serui,  namun korban yang merupakan ibu kandungnya tidak menyetujui hal itu. “Sehingga saat itu juga, saya langsung mendatangi mama guna meminta ijin agar Paska bisa ikut saya untuk merayakan hari Paskah di Serui sana, namun mama tidak menyetujuinya kemudian saya kembali menanyakan keinginan saya untuk mengajak ke Serui kepada Paska, yakni ‘Ko pilih satu diantara dua pertanyaan sa ini, ko mau ikut sa ke Serui atau kitong pu mama ini yang jadi korban’, akan tetapi Paska hanya menjawab tidak mau karena takut dimarah sama mama karena dilarang untuk ikut saya ke Serui,” jelas Abi demikian pelaku sering disapa.
Begitu mendengar hal itu, AB mulai mencari akal guna melakukan aksinya dengan memberikan alasan kepada korban bahwa ada SMS (pesan singkat, red) dari seseorang yang menunggu korban di samping kali.  “Jadi, tepat pukul 21.00 WIT, saya bersama mama naik menyusuri kali, sementara sebilah parang panjang yang panjangnya 70 cm itu terlebih dahulu sudah ditaruh disamping kali sebagai alat mengahabisi nyawa dia (mama, red),” jelasnya lagi.
Ketika sampai di pinggir kali, AB mengambil parang lalu pura – pura menyuruh korban untuk tunduk dan melihat ke arah depan atau ke seberang kali karena orang yang SMS itu ada tunggu di seberang kali, sehingga saat itu juga pelaku langsung mengayunkan parang ke arah leher bagian belakang korban.
Sontak kemudian, korban berbalik sambil mengatakan, ‘Ah Abi, kenapa ko tega potong mama kah, padahal selama ini mama sudah mengerti ko dengan adik Paska baru. Akan tetapi AB pun langsung menjawab untuk membantah perkataannya bahwa itu hanya tipuan belaka sambil mengayunkan kembali parang itu ke arah kepala bagian depan atau dahi dari korban.
Pelaku AB (24) yang belum puas, kembali ingin membacok kepala korban, namun korban menangkisnya sehingga korban mengalami luka sabetan, mengakibatkan tangan kanan korban nyaris putus dan kemudian pelaku yang sudah digelapkan matanya itu kembali untuk kesekian kalinya membacok lagi tangan kiri korban, selanjutnya mengambil batu besar yang berada di pinggir kali untuk menghantam kepala korban bagian depan sebanyak 2 kali hingga isi dari kepala bagian depan korban atau otak kepala keluar terurai.
Tidak hanya itu, AB (24) juga mengaku bahwa, ia sempat melepas baju dan celana korban untuk menghilang jejak atas perbuatan yang dilakukan. “Waktu saya lempar dengan batu, sudah tidak bernyawa kemudian saya tarik dibawah pohon lalu saya lepas pakaian agar disangka bahwa mama diperkosa lalu dibunuh,” tukasnya.
Lanjut AB (24) bahwa, peristiwa itupun keluarga tidak curiga, karena usai mengeksekusi korban sudah dalam keadaan pakaian rapi dan duduk santai di rumah. “Begitu saya tiba di rumah, Bapak tiri saya menanyakan Mama, lalu saya jawab ada tinggal dengan adek Matias. Saya pulang, karena saya terjatuh di kali,” ucapnya.
Bahkan, menurut dia, pembunuhan yang ia lakukan itu karena sakit hati karena tidak diijinkan berhubungan dengan saudaranya sendiri. “Saya merasa puas karena tidak ada lagi yang menghalangi saya untuk berhubungan dengan saudara saya Paskalina,” imbuhnya.
Sementara itu, Kapolsek Abepura Kota, Kompol Decky Hursepunny ketika dikonfirmasi Bintang Papua mengungkapkan, kasus pembunuhan sadis ini terjadi Rabu (27/3) malam sekitar pukul 21.00 WIT. Mayat korban baru ditemukan warga di bawah pohon besar di pinggir Kali Sumbergoni, Kamis (28/3) pagi sekitar pukul 06.30 WIT, dengan kondisi luka serius di bagian leher belakang, tangan kanan dan kiri, serta kepala depan, akibat dibacok berkali – kali dengan parang dan hantaman batu besar sebanyak dua kali oleh pelaku.
Dalam waktu kurang dari delapan jam setelah penemuan mayat tersebut, pihaknya berhasil mengungkap pelaku pembunuhan itu yang ternyata adalah anak kandung korban sendiri. “Awalnya, pelaku kita amankan dari lokasi kejadian bersama anggota keluarganya yang lain untuk dijadikan saksi dalam kasus ini. Namun setelah kita melakukan pemeriksaan terhadap AB (24), pelaku dalam kasus pembunuhan itu mengarah langsung kepada dirinya,” ujar Kapolsek.
Dari pengakuan itu, akhirnya pelaku ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) Mapolsek Abepura Kota untuk diproses hukum sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya. “Pelaku kita jerat pasal berlapis dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara,” pungkasnya. (mir/don/l03)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar